Biografi Kiras Bangun, Sang Pejuang dari Tanah Karo
Nama Lengkap : Kiras Bangun
Alias : Garamata
Profesi : Pahlawan Nasional
Tempat Lahir : Batu Karang, Karo, Sumatera Utara
Tanggal Lahir : Minggu, 0 -1 1852
Meninggal : 22 Oktober 1942, Batu Karang
Warga Negara : Indonesia
Alias : Garamata
Profesi : Pahlawan Nasional
Tempat Lahir : Batu Karang, Karo, Sumatera Utara
Tanggal Lahir : Minggu, 0 -1 1852
Meninggal : 22 Oktober 1942, Batu Karang
Warga Negara : Indonesia
BIOGRAFI
Kiras Bangun adalah salah satu Pahlawan Nasional yang berasal dari Sumatera Utara. Sama seperti kebanyakan pahlawan lain, ia juga keras menyatakan penolakan terhadap penjajahan Belanda. Pria kelahiran Batukarang tahun 1852 ini punya pembawaan yang berwibawa namun penuh dengan kesederhanaan. Saat masih belia, ia secara rutin mampir dari satu kampung ke kampung lain untuk membina hubungan kekeluargaan dengan penduduk desa. Itu dilakukannya supaya kekerabatan diantara semuanya menjadi semakin baik dan mereka bisa tetap menjunjung tinggi kebudayaan Karo bersama-bersama.
Belanda sudah masuk ke Sumatera Timur pada tahun 1870. Saat menguasai daerah setempat, mereka dengan semena-mena membangun perkebunan karet dan tembakau. Dimulai dari Binjai dan Langkat, pendudukan mereka meluas hingga ke Karo karena merasa bahwa tanah yang mereka kuasai masih belum cukup. Belanda mendengar bahwa Kiras Bangun merupakan sosok yang populer di tengah masyarakat, sehingga mereka mencoba melakukan pendekatan kepada pria yang juga punya julukan Garamata tersebut.
Itu mereka lakukan semata-mata untuk memperluas produksi perkebunan. Meski sudah berusaha keras sampai harus meminta bantuan dari Nimbang Bangun, namun mereka tetap tidak berhasil untuk mendapatkan persetujuan dari Garamata. Namun pada akhirnya, Belanda berhasil masuk di tahun 1902. Mereka melakukan itu setelah sebelumnya mengirim Guillaume dan beberapa serdadu untuk datang kesana.
Reaksi garamata tidak begitu hangat terhadap pasukan Belanda tersebut. Ia bahkan mengeluarkan ultimatum supaya serdadu yang masuk segera angkat kaki dari Tanah Karo. Peringatan tersebut tidak disambut baik, justru Guillaume tidak bersedia untuk pergi. Kondisi semakin memanas manakala Guillaume berhasil menguasai Kabanjahe. Garamata pun tidak tinggal diam. Setelah melakukan Pertemuan Urung, ia dan Pasukan Urung bersepakat untuk mengusir Guillaume dari tanah mereka. Setelah hampir 3 bulan lamanya, Guillaume pun akhirnya terdesak sehingga memutuskan untuk pergi dari Kabanjahe.
Peristiwa pengusiran tersebut menjadi klimaks permusuhan antara dirinya dengan pihak Belanda. Ia sangat peduli dengan kehidupan masyarakat disana, sehingga tidak ragu untuk berperang dengan pihak kolonial. Beberapa kali ia dan pasukan terlibat dalam pertempuran untuk memperjuangkan nasib rakyat. Kiras bangun meninggal pada 22 Oktober 1942. Pemakaman dilakukan di Desa Batukarang, Kecamatan Payung. Dan sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, ia pun diberikan gelar sebagai Pahlawan Nasional dan ini dilakukan pada 9 November 2005 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Belanda sudah masuk ke Sumatera Timur pada tahun 1870. Saat menguasai daerah setempat, mereka dengan semena-mena membangun perkebunan karet dan tembakau. Dimulai dari Binjai dan Langkat, pendudukan mereka meluas hingga ke Karo karena merasa bahwa tanah yang mereka kuasai masih belum cukup. Belanda mendengar bahwa Kiras Bangun merupakan sosok yang populer di tengah masyarakat, sehingga mereka mencoba melakukan pendekatan kepada pria yang juga punya julukan Garamata tersebut.
Itu mereka lakukan semata-mata untuk memperluas produksi perkebunan. Meski sudah berusaha keras sampai harus meminta bantuan dari Nimbang Bangun, namun mereka tetap tidak berhasil untuk mendapatkan persetujuan dari Garamata. Namun pada akhirnya, Belanda berhasil masuk di tahun 1902. Mereka melakukan itu setelah sebelumnya mengirim Guillaume dan beberapa serdadu untuk datang kesana.
Reaksi garamata tidak begitu hangat terhadap pasukan Belanda tersebut. Ia bahkan mengeluarkan ultimatum supaya serdadu yang masuk segera angkat kaki dari Tanah Karo. Peringatan tersebut tidak disambut baik, justru Guillaume tidak bersedia untuk pergi. Kondisi semakin memanas manakala Guillaume berhasil menguasai Kabanjahe. Garamata pun tidak tinggal diam. Setelah melakukan Pertemuan Urung, ia dan Pasukan Urung bersepakat untuk mengusir Guillaume dari tanah mereka. Setelah hampir 3 bulan lamanya, Guillaume pun akhirnya terdesak sehingga memutuskan untuk pergi dari Kabanjahe.
Peristiwa pengusiran tersebut menjadi klimaks permusuhan antara dirinya dengan pihak Belanda. Ia sangat peduli dengan kehidupan masyarakat disana, sehingga tidak ragu untuk berperang dengan pihak kolonial. Beberapa kali ia dan pasukan terlibat dalam pertempuran untuk memperjuangkan nasib rakyat. Kiras bangun meninggal pada 22 Oktober 1942. Pemakaman dilakukan di Desa Batukarang, Kecamatan Payung. Dan sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, ia pun diberikan gelar sebagai Pahlawan Nasional dan ini dilakukan pada 9 November 2005 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
0 komentar:
Siapa saja yang telah membuka blog, saya ucapkan terimakasih dan jangan lupa komentar