Thursday, April 18, 2019

Biografi R.A. Kartini dan Kisahnya

Biografi Lengkap Kisah dan Kiprah R.A. Kartini

Nama : Raden Adjeng Kartini
Tempat Lahir : Jepara Jawa Tengah
Tanggal Lahir : Senin, 21 April 1879
Zodiac : Taurus
Wafat : 17 September 1904, Kab. Rembang
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Pasangan: K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat
Anak : Soesalit Djojoadhiningrat
Dikenal karena : Emansipasi wanita


BIOGAFI

Sudah banyak yang mengupas kisah mengenai sosok Kartini, salah satu tokoh pahlawan wanita fenomenal dari Tanah Jawa, tepatnya di Jawa Tengah. Banyak penulis menuturkan perjalanan hidup beliau yang menginspirasi lewat biografi, seperti yang dilakukan oleh Sitisoemandari Soeroto dalam bukunya yang berjudul, ‘Kartini : Sebuah Biografi’. Dalam buku tersebut diterangkan mengenai silsilah keluarga Kartini, sisi kehidupan yang menjadi saksi perjuangan melalui tulisannya yang sarat akan kritik penyetaraan gender, nasionalisme yang menggugah sampai ke negeri Belanda. Kumpulan tulisan kepada sahabat-sahabat penanya di Belanda maupun surat-surat yang pernah ia buat dirangkum Armijn Pane dalam sebuah buku berjudul, ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’, yang juga merupakan salah satu tema surat yamg pernah beliau tuliskan. Berikut pemaparan mengenai Biografi Kartini mulai dari perjalanan hidupnya, karyanya, semua yang bersangkutan mengenai Kartini, kontroversi gelarnya, serta keturunan Kartini yang masih hidup. Semuanya disadur dari buku dan beberapa sumber dari Internet.

Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat adalah nama lengkap beliau. Ia dilahirkan pada tanggal 21 April 1879 di Mayong, Jepara, Jawa Tengah. Ayahnya yang bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat merupakan seorang bupati Jepara. Kartini adalah keturunan ningrat. Hal ini bisa dilihat dari silsilah keluarganya. Kartini adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari NyaiHaji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hingga Hamengkubuwana VI. Garis keturunan Bupati Sosroningrat bahkan dapat ditilik kembali ke istana Kerajaan Majapahit. Semenjak Pangeran Dangirin menjadi bupati Surabaya pada abad ke-18, nenek moyang Sosroningrat mengisi banyak posisi penting di Pangreh Praja. Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.

Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun dan dikenal pada pertengahan abad ke-19 sebagai salah satu bupati pertama yang memberi pendidikan Barat kepada anak-anaknya. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit. Beliau bersekolah hanya sampai sekolah dasar. Ia berkeinginan untuk melanjutkan sekolahnya, tapi tidak diizinkan oleh orangtuanya. Sebagai seorang gadis, Kartini harus menjalani masa pingitan hingga sampai waktunya untuk menikah. Ini merupakan suatu adat yang harus dijalankan pada waktu itu. Kartini hanya dapat memendam keinginannnya untuk bersekolah tinggi.

Untunglah beliau gemar membaca dari buku – buku, koran, sampai majalah Eropa. Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa .Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judulMax Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder(Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda. Pikirannya menjadi terbuka lebar, apalagi setelah membandingkan keadaan wanita di Eropa dengan wanita Indonesia. Sejak itu, timbullah keinginan beliau untuk memajukan perempuan pribumi yang pada saat itu berada pada status sosial yang rendah. Ia ingin memajukan wanita Indonesia melalui pendidikan. Untuk itu, beliau mendirikan sekolah bagi gadis – gadis di Jepara, karena pada saat itu ia berdomisili di Jepara. Muridnya hanya berjumlah 9 orang yang terdiri dari kerabat atau famili.

Di samping itu, ia banyak pula menulis surat untuk teman-temannya orang Belanda.  Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dalam surat itulah ia melampiaskan cita-citanya untuk menuntut persamaan hak dan kewajiban antara pria dan wanita. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan akhirnya dimuat diDe Hollandsche Lelie, sebuah majalah terbitan Belanda yang selalu ia baca. Dari surat-suratnya, tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soalemansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas.

Beliau sempat mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Belanda karena tulisan-tulisan hebatnya, namun ayahnya pada saat itu memutuskan agar Kartini harus menikah dengan R.M.A.A. Singgih Djojo Adhiningrat, Bupati Rembang kala ituyang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Sejak itu, Kartini harus hijrah dari Jepara ke Rembang mengikuti suaminya.  Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.

Kartini memiliki seorang anak lelaki bernama Soesalit Djojoadhiningrat, yang dilahirkan pada tanggal 13 September 1904. Selang beberapa hari pasca melahirkan, Kartini tutup usia pada tanggal 17 September 1904. Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Beliau dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

Untuk menghormati kegigihan beliau, didirikanlahSekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada tahun1912, kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.Setelah Kartini wafat, Mr.J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa. Abendanon saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya". Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini.

Pada tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkannya dalam bahasa Melayu dengan judul yang diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran, yang merupakan terjemahan oleh Empat Saudara. Kemudian tahun 1938, keluarlah Habis Gelap Terbitlah Terang versi Armijn Pane seorang sastrawan Pujangga Baru. Armijn membagi buku menjadi lima bab pembahasan untuk menunjukkan perubahan cara berpikir Kartini sepanjang waktu korespondensinya. Versi ini sempat dicetak sebanyak sebelas kali. Surat-surat Kartini dalam bahasa Inggris juga pernah diterjemahkan oleh Agnes L. Symmers. Selain itu, surat-surat Kartini juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Jawa dan Sunda.

Terbitnya surat-surat Kartini, seorang perempuan pribumi, sangat menarik perhatian masyarakat Belanda, dan pemikiran-pemikiran Kartini mulai mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa. Pemikiran-pemikiran Kartini yang tertuang dalam surat-suratnya juga menjadi inspirasi bagi tokoh-tokoh kebangkitan nasional Indonesia, antara lain W.R. Soepratman yang menciptakan lagu berjudul Ibu Kita Kartini.

Sayangnya, banyak kontroversi bermunculan dikarenakan ketetapan Ir. Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia,melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.Bahkan lagu Ibu Kita Kartini yang diciptakan oleh W.R. Supratman menjadi salah satu lagu nasional. Hal ini menuai protes dari beberapa kalangan di Indonesia. Pengistimewaan Kartini terkesan pilih kasih dari Pahlawan wanita Indonesia lainnya di berbagai belahan nusantara seperti Cut Nyak DienDewi Sartika, Maria Tiahahu, Rohana Kudus, yang beberapa diantara mereka menurut para pengecam, telah ikut berperang langsung dengan para penjajah Belanda, dibandingkan Kartini yang hanya menulis. Namun, apa yang dikatakan Oov Auliansyah pada halaman (http://sosok.kompasiana.com/2013/04/21/kartinitak-layak-jadi-pahlawan-nasional-553170.html) ada benarnya, ia mengatakan bahwa, “...Kartini telah berfikir tentang perssamaan gender di awal 1900. Berbicara tentang wanita yg berhak mendapat pendidikan selayaknya kaum laki-laki (laki-laki bangsawan & Belanda, SAAT itu diskriminasi cukup kuat).

Kartini melawan diskriminasi Belanda terhadap pribumi dan kesewenang-wenangan Belanda lewat suratnya kepada sahabat-sahabatnya di Belanda, akhirnya mampu menggugah hati pemerintah Belanda dan membangun pendidikan di Jawa. Kartini adalah anak kaum bangsawan, bisa dibilang seorang borjuis kecil, tapi kemudian dia memilih sendiri turun menjadi proletar.

Surat-surat Kartini, seorang perempuan pribumi, sangat menarik perhatian masyarakat Belanda, dan pemikiran-pemikiran Kartini mulai mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa, sehingga menimbulkan simpati dari masyarakat Belanda dan menentang kebijakan-kebijakan parlemen Belanda yg merugikan kaum pribumi Jawa...Kartini telah memikirkan tentang pendidikan kaum wanita di masyarakat Jawa pada waktu itu yg terpaku dengan segala adat-adatnya yang kaku, seolah wanita sudah tidak perlu pendidikan, bisa bahasa Belanda saja sudah cukup, kemudian tinggal menunggu dinikahi dan kemudian dimadu.Kartini telah memikirkan ini di awal 1900-an.

Bahkan ada yang menyangsikan gelar Kartini sebagai Pahlawan Nasional dikarenakan beliau hanya menulis. Namun hal ini dibantah oleh beberapa pendapat dari halaman (http://pustakailmudotcom.wordpress.com/2014/02/23/kartini-layak-menjadi-pahlawan/) yang menyatakan bahwa, “... Kartini memang tak bisa mewujudkan mimpinya (akhirnya dipoligami), tapi dia meninggalkan tulisan-tulisan yang dahsyat. Itu sudah cukup. Sebenarnya Soekarnotidak keliru memilih Kartini sebagai Pahlawan Nasional…Surat Kartini jadi biasa bagi pembaca yang sudah mengenyam pendidikan. Coba dirimu di era pingitan atau 1890-an…Kartini memang bukan penggerak orang. Ia tak pernah berorasi. Juga tak punya Taman Siswa seperti Ki Hajar Dewantara, tapi siapa yang menghubungi Oost en West untuk memulai lagi kerajinan tangan asli Hindia Belanda? Itu Kartini! Siapa yang menggelar pameran kerajinan PERTAMA asli Hindia Belanda sampai London memperhatikan batik nasional? Kartini! @AndiChamomile.

Siapa yang ngobrol soal “feodalisme” sampai akhir tahun 1900-an dan itu di balik dinding ruang pingitan? Kartini! FYI: setahuku hanya surat-surat Kartini yang komprehensif membicarakan itu semua. Aku gak ngomongin profil lho ya, bukan!...Pahlawan itu tidak harus angkat senjata dan menyelam di lautan pertempuran. Itu pertimbangan Soekarno...Kalau sampean bilang tulisan Kartini biasa-biasa saja, sungguh aku harus bilang: Kamu harus (benar-benar) banyak baca!!! Pemimpin redaksi De Echo di Jogjakarta saat itu sampai minta ortunya Kartini biar mau nulis buat rubrik khusus. Koran-koran Belanda itu ngemis tulisan Kartini. Kartini sering nolak. Sampai-sampai ia harus pake anonim “Tiga Saudara” kalo nulis lho...kalau menilai tulisan Kartini biasa-biasa saja, kamu benar-benar harus banyak baca! Tanpa Kartini, dunia memang tahu Hindia Belanda. Tapi siapa sih yang tahu soal Koja kalau bukan dari reportase Kartini?Serius, Kartini tuh mereportase, dan bertitimangsa 1890-an. Ini soal sejarah Kepala Bumipuetra pertama di Indonesia…Kartini jadi pahlawan karena ia meninggalkan tulisan. Tulisannya bukan pepesan kosong…Pemikiran Kartini jauh melampaui orang-orang di zamannya, bahkan bangsawan dan lelaki sekalipun http://t.co/3qHSxKHWkA...Kalau meragukan tulisan karya Kartini adalah benar-benar dari Kartini, mungkin karena riset itu tidak tercantum nama Kartini sebagai penulisny... Kartini sering nulis. kadang disimpen di lemari. Saat KITLV datang, tulisan Kartini disetorkan sendiri oleh ayahnya...Sangat disayangkan kalau masih ada yang menyangsikan kepahlawanan Kartini hanya karena ia akhirnya dipoligami, padahal suaranya anti-feodal…Kalau mau baca barang sebentar tulisan-tulisan Kartini, pasti terdiam. Perempuan sehebat ini tidak salah jika disebut Pahlawan Nasional!”
Berikut serba – serbi Kartini yang disadur dari sebuah halaman blog :

1) Majalah Kartini
"Kartini adalah majalah wanita yang didirikan oleh Lukman Umar. Majalah Kartini pertama kali diterbitkan pada tahun 1973 dan sangat populer di Indonesia. Edisi bahasa Indonesianya diterbitkan oleh Kartini Group. Selain edisi cetaknya, ada pula edisi online nya."

2) Nama Universitas
Nama bu Kartini di jadikan nama salah satu Universitas di Surabaya, tepatnya di  Jl. Raya Nginden No. 19-23 Surabaya, Jawa Timur. Perguruan Tinggi Swasta ini berdiri sejak tahun 1986, yang terletak di kawasan Surabaya Timur dengan empat lantai. Kampus ini membuka program D3, S1, dan S2 yang memiliki fakultas hukum, ekonomi, tehnik dan pariwisata.Walaupun namanya Universitas Kartini, tapi kampus ini tidak hanya untu perempuan saja.

3) Nama Film
R.A. Kartini adalah sebuah filmdramaperjuanganIndonesia yang diproduksi pada tahun 1984. Film yang disutradarai oleh Sjumandjaja ini dibintangi antara lain oleh Yenny Rachman, Bambang Hermanto dan Adi Kurdi. Film ini mengisahkan tentang perjuangan R.A. Kartini dalam memperjuangkan hak kaum wanita Indonesia yang pada saat itu masih belum disetarakan dengan hak-hak kaum pria dalam hal mendapatkan pendidikan dan sebagainya (emansipasiwanita).

4) Nama Museum
Jika anda datang ke Kota Jepara jangan lewatkan untuk mampir ke Museum R.A.Kartini yang berada di tengah-tengah jantung Kota Jepara, Jalan Alun-alun No.1 Jepara sebelah barat daya Pendapa Kabupaten Jepara. Lokasinya memang sangat strategis, persisnya sebelah timur Kantor Pusat Pemerintahan Kabupaten, sebelah selatan Alun-alun dan Masjid Besar, sebelah barat Kodim Jepara dan sebelah utara shopping centre ( Pusat Perbelanjaan ).

Museum R.A.Kartini sendiri didirikan pada tanggal 30 Maret 1975 atas usulan wakil-wakil rakyat Jepara dan didukung bantuan dari mantan Presiden Soeharto, pada era Jepara dipimpin oleh Bupati Suwarno Djojo Mardowo, S.H. dan diresmikan pada tanggal 21 April 1977 tepat seabad peringatan R.A.Kartini oleh Bupati Jepara, Sudikto S.H. Museum ini didirikan sebagai penghargaan terhadap R.A.Kartini perintis emansipasi Wanita Indonesia.Dan saat ini dikelola oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di bawah Pemerintah Daerah kabupaten Jepara.

Museum R.A.Kartini berdiri di atas tanah seluas 5.210 meter persegi, dengan luas bangunan 890 meter persegi yang terdiri atas beberapa gedung. Selain menyajikan benda-benda peninggalan R.A.Kartini maupun kakaknya R.M.P. Sosrokartono, juga menyimpan benda-benda kuno peninggalan sejarah dan budaya hasil temuan di wilayah Kabupaten Jepara.

5) Nama Pantai
Obyek Wisata Pantai Kartini terletak 2,5 km ke arah barat dari Pendopo Kabupaten Jepara. Obyek wisata ini berada di kelurahan Bulu kecamatan Jepara dan merupakan obyek wisata alam yang menjadi dambaan wisatawan.
Berbagai sarana pendukung seperti dermaga, sebagian aquarium Kura-kura, motel, permainan anak-anak (komedi putar, mandi bola, perahu arus), dan lain-lain telah tersedia untuk para pengunjung. Suasana di sekitar pantai yang cukup sejuk memang memberikan kesan tersendiri buat pengunjung, sehingga tempat ini sangat cocok untuk rekreasi keluarga atau acara santai lainnya.

Pantai Kartini menduduki peringkat pertama apabila dilihat dari jumlah pengunjungnya. Hal ini karena pantai Kartini yang mempunyai luas sekitar 3,5 hektar ini memiliki potensi alam berupa pemandangan pantai yang indah, ombak yang kecil dengan pasir putihnya, serta topografi pantai yang landai. Selain dapat menikmati indahnya pantai Kartini, kita dapat juga menikmati naik perahu atau kapal motor menuju pulau Panjang atau pulau Karimunjawa. Sementara disekitar pantai Kartini kita dapat menikmati berbagai fasilitas.

6) Nama Penghargaan
Kartini Award adalah kegiatan tahunan organisasi yang dibentuk pada tahun 1995, bagi para wanita yang telah melakukan hal-hal inspiratif dalam kehidupannya. Tahun ini ada 7 perempuan inspiratif yang menerima penghargaan WITT-Kartini Award 2014.

7) Nama Jalan di Belanda
*Utrecht: Di Utrecht Jalan R.A. Kartini atau Kartinistraat merupakan salah satu jalan utama, berbentuk 'U' yang ukurannya lebih besar dibanding jalan-jalan yang menggunakan nama tokoh perjuangan lainnya seperti Augusto Sandino, Steve Biko, Che Guevara, Agostinho Neto.

*Venlo: Di Venlo Belanda Selatan, R.A. Kartinistraat berbentuk 'O' di kawasan Hagerhof, di sekitarnya terdapat nama-nama jalan tokoh wanitaAnne Frank dan Mathilde Wibaut.

*Amsterdam: Di wilayah Amsterdam Zuidoost atau yang lebih dikenal dengan Bijlmer, jalan Raden Adjeng Kartini ditulis lengkap. Di sekitarnya adalah nama-nama wanita dari seluruh dunia yang punya kontribusi dalam sejarah: Rosa Luxemburg, Nilda Pinto, Isabella Richaards.

*Haarlem: Di Haarlem jalan Kartini berdekatan dengan jalan Mohammed Hatta, Sutan Sjahrir dan langsung tembus ke jalan Chris Soumokilpresiden kedua Republik Maluku Selatan.

Berikut bukti mengenai jejak keturunan Kartini

Tulisan ini disadur dari sebuah halaman blog mengenai hal yang bersangkutan :
“……. yang menggerakkan saya untuk menulis artikel ini adalah karena saya telah menikah selama hampir 7 (tujuh) tahun dengan salah satu keturunan RA. Kartini dan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, seorang bupati dari Rembang. Yuppp.. seperti model keluarga Jawa pada umumnya, pertemuan keluarga rutin diadakan tiap bulan di rumah keturunan Beliau. Apalagi menjelang tanggal 21 April seperti ini, biasanya akan dikirimkan utusan keluarga dari berbagai daerah untuk khusus nyekar ke makam Beliau di Rembang……..” ;
Ketika tengah mencari info tentang silsilah dan keturunan R.A. Kartini, kami temukan paragraf di atas yang merupakan petikan dari alamat situs http://mubarika-darmayanti.com/1303/ra-kartini-1001-perempuan-yang-berpengaruh-di-dunia-sosialmedia/  . Ya, Mubarika Darmayanti seorang blogger Indonesia mengaku bahwa dia telah menjadi bagian keluarga besar R.A. Kartini sejak 7 tahun yang lalu. Menilik beberapa temuan yang ada, kami rasa Mubarika Darmayanti bukanlah seorang pembual.
Dari sumber artikel ke [2] yang menceritakan kepada kita sedikit kisah tentang Singgih/ RM Soesalit (keturunan semata wayang dari R.A Kartini) sebagai berikut : “… RM Soesalit pernah menjabat sebagai Panglima Divisi III/ Diponegoro di kota Yogyakarta dan Magelang ( periode 1 Oktober 1946 – 1 Juni 1948) dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal. RM Soesalit menikahi Gusti Bendoro A.A Moerjati, putri Susuhunan Paku Buono IX dan mempunyai dua putri yaitu R.A Srioerip dan R.A Sri Noerwati (putra pertama meninggal dan istri RM Soesalit meninggal saat melahirkan putri kedua). Dalam perjalanan waktu,  RM Soesalit memperistri Ray. Loewiyah Soesalit DA dan mempunyai Putra tunggal, yaitu :  RM. Boedi Setiyo Soesalit (cucu RA Kartini) yang menikahi Ray. Sri Biatini Boedi Setio Soesalit. Dari pernikahan itu dikarunia 5 orang anak (cicit dari R.A Kartini) yakni: RA. Kartini Setiawati Soesalit, RM. Kartono Boediman Soesalit,RA Roekmini Soesalit, RM. Samingoen Bawadiman Soesalit, dan RM. Rahmat Harjanto Soesalit. Mayjen RM Soesalit Djojo Adiningrat sendiri  meninggal di sebuah ruangan di bangsal Pavilliun Rumah Sakit RSPAD pada 17 Maret 1962, tepat jam 05.30 WIB, di makamkan di desa Bulu, Rembang dekat dengan makam ibundanya RA Kartini. Tepat tanggal 21 April 1979, alm Mayjen RM Soesalit Djojo Adiningrat mendapat anugerah dari Pemerintah Republik Indonesia berupa Tanda Kehormatan Bintang Gerilya… ”
Itulah salah satu bukti bahwa hingga saat ini masih ada keturunan/keluarga asli dari Raden Ajeng Kartini.


PENGHARGAAN
  • Tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan
  • Setiap tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini
  • Namanya dijadikan nama jalan di beberapa kota di Belanda. Seperti di Utrecht, Venlo, Amsterdam, Haarlem






Previous Post
Next Post

Nama :Wisnu Ginanjar Saputra Sekolah:SMK Muhammadiyah Kudus Jurusan:TKJ Kelas:X

Related Posts

0 komentar:

Siapa saja yang telah membuka blog, saya ucapkan terimakasih dan jangan lupa komentar